AQIDAH
Tugas Mandiri
Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Ujian Akhir Semester 1
Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam
Disusun oleh:
Risnawati
UNIVERSITAS
PAMULANG
TANGERANG
SELATAN 2011
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Agama
Islam ini sesuai waktu yang ditentukan.
Tujuan
pembuatan makalah ini adalah agar para pembaca sekalian dapat memperoleh
pengetahuan tentang Aqidah dan Rukun Iman, selain itu makalah ini dapat pula
berfungsi sebagai referensi pembelajaran perkuliahan khususnya bidang studi
Agama Islam.
Penyusun
menyimpulkan masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini, oleh
karena itu saya memohon kepada para pembaca untuk dapat memberikan tanggapan
atau masukan maupun saran yang sifatnya membangun agar makalah ini menjadi
lebih baik.
Tidak
lupa Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen dan teman-teman
yang telah memberikan dorongan yang sangat berarti kepada Penyusun dalam
pembuatan makalah ini.
Tangerang,.............2011
Penyusun
i
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar..........................................................................................................................................i
Daftar
Isi...................................................................................................................................................ii
BAB I.
Pendahuluan..................................................................................................1
1.1.Latar
belakang
Masalah..........................................................................................................1
1.2.Rumusan
Masalah...................................................................................................................2
1.3.Tujuan....................................................................................................................................3
1.4.Manfaat..................................................................................................................................3
BAB II.
Pembahasan.................................................................................................4
2.1. Pengertian Aqidah..................................................................................................................4
2.2. Istilah Aqidah
dalam Al-Qur’an..............................................................................................5
2.3 Ruang Ringkup
Pembahasan Aqidah.......................................................................................5
2.4. Keistimewaan Aqidah
Islam & Manfaat dalam Mempelajarinya............................................14
2.5.
Kesimpulan..........................................................................................................................14
BAB III.
Penutup....................................................................................................16
3.1. Daftar
Pustaka.....................................................................................................................17
3.2. Kritik dan Saran..................................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Nilai suatu ilmu ditentukan oleh
kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai manfaatnya, semakin penting ilmu
tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling utama adalah ilmu yang mengenalkan
kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT
adalah orang yang bodoh, karena tidak ada orang yang lebih bodoh dari pada
orang yang tidak mengenal penciptanya.
Allah menciptakan manusia dengan
seindah-indahnya dan selengkap- lengkapnya bentuk dibanding dengan
makhluk/ciptaan yang lain. Kemudian Allah bimbing mereka dengan mengutus para
Rasul-Nya (menurut hadits yang disampaikan Abu Dzar bahwa jumlah para Nabi
sebanyak 124.000 orang, namun jumlah yang sebenarnya hanya Allah saja yang
mengetahuinya), semuanya menyerukan kepada tauhid. Sementara dari jalan sahabat
Abu Umamah disebutkan bahwa jumlah para Rasul 313 (diriwayatkan oleh Ibnu
Hibban dalam Al Maurid 2085 dan Ath-Thabrani dalam Al Mu’jamul Kabir 8/139)
agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang
dibawa oleh Sang Rasul. Orang yang menerima disebut mukmin, orang yang
menolaknya disebut kafir serta orang yang ragu-ragu disebut munafik yang
merupakan bagian dari kekafiran.
Begitu pentingnya aqidah ini,
sehingga Nabi Muhammad Saw, penutup para Nabi dan Rasul membimbing umatnya
selama 13 tahun ketika berada di Makkah dengan menekankan masalah aqidah ini,
karena aqidah adalah landasan semua tindakan, bahkan merupakan landasan
bangunan Islam. Oleh karena itu, maka para da’i dan para pelurus agama dalam
setiap masa selalu memulai dakwah mereka dengan tauhid dan pelurusan aqidah
Firman Allah dalam QS. An Nahl: 36
yang Artinya: “Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah
(saja), dan jauhilah Thaghut1 itu’,…” (QS. An Nahl: 36)
Sebelum mereka mengajak kepada
perintah-perintah agama yang lain. Bahkan para Nabi dan Rasul sebelum
Rasulullah juga menyerukan hal yang sama dalam dakwah-dakwah mereka kepada
umatnya. Hal ini seperti firman Allah dalam Al Quran surat An Nahl ayat 36 dan
surat Al A'raaf ayat 59, 65, 73 dan 85:
Yang artinya: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu
selain-Nya.” (QS. Al A'raaf: 59, 65, 73, 85)
Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang
berarti pengikatan. ‘Aqd berarti juga janji, ikatan (kesepakatan) antara dua
orang yang mengadakan perjanjian. Aqidah secara definisi adalah suatu keyakinan
yang mengikat hati manusia dari segala keraguan. Aqidah dalam istilah umum
yaitu keimanan yang mantap dan hukum yang tegas, yang tidak dicampur keragu-
raguan terhadap orang yang mengimaninya. Ini adalah aqidah secara umum, tanpa
memandang aqidah tersebut benar atau salah. Aqidah secara terminology adalah
sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, membuat jiwa tenang, dan menjadi
kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Aqidah menurut syara’
berarti iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya
dan kepada Hari Akhir, serta kepada qadar dan qadha, baik takdir yang baik
maupun yang buruk.
Aqidah tersebut dalam tubuh manusia
ibarat kepalanya. Maka apabila suatu umat sudah rusak, bagian yang harus
direhabilitasi adalah aqidahnya terlebih dahulu. Di sinilah pentingnya aqidah
ini, apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan akhirat.
Aqidah merupakan kunci kita menuju surga. Aqidah juga menjadi dasar dari
seluruh hukum-hukum agama yang berada di atasnya. Aqidah Islam adalah tauhid,
yaitu mengesakan Tuhan yang diungkapkan dalam syahadat pertama. Sebagai dasar,
tauhid memiliki implikasi terhadap seluruh aspek kehidupan keagamaan seorang
Muslim, baik ideologi, politik, sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya.
Aqidah sebagai dasar utama ajaran
Islam bersumber pada Al Quran dan sunnah Rasul. Aqidah Islam mengikat seorang
Muslim sehingga ia terikat dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam.
Oleh karena itu, menjadi seorang Muslim berarti meyakini dan melaksanakan
segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam, seluruh hidupnya didasarkan
kepada ajaran Islam. Hal ini seperti yang tersebut dalam Al Quran surat Al
Baqarah ayat 208, yang berbunyi:
Yang
artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
masuklah ke dalam Islam keseluruhannya dan janganlah kamu
turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh
yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208)
1.2
Rumusan
Masalah
a. Apa
pengertian Aqidah
b. Apa
macam-macam Aqidah
c. Apa
Rukun Iman
d. Apa
manfaat beriman
1.3
Tujuan
v Tujuan
Pokok:
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
v Tujuan
Dasar:
a. Untuk
menambah pengetahuan tentang Aqidah.
b. Untuk
mengetahui macam-macam Aqidah.
c. Untuk
mengetahui Rukun Iman.
d. Untuk
mengetahui manfaat beriman.
1.4 Manfaat
v Mahasiswa
dapat menambah pengetahuan tentang Pendidikan Agama Islam.
v Mahasiswa
dapat mengetahui apa saja yang dimaksud sesuai dengan tema yang dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akidah
Menurut pengertian bahasa
iman adalah percaya atau membenarkan. Menurut pengertian syariat (tauhid) iman adalah kepercayaan atau keyakinan yang datang dari hati sanubari, diikrarkan dengan lisan, kemudian dibuktikan dengan perbuatan amal saleh oleh anggota badan.
Jadi iman adalah pekerjaan yang berhubungan dengan perbuatan batin (hati) yaitu percaya kepada adanya Allah SWT, para malaikat, para
Rasul Allah, kitab-kitab Allah, akan terjadinya hari kiamat dan percaya
kepada takdir, sifatnya abstrak (tersembunyi).
Islam adalah pekerjaan yang berhubungan
dengan perbuatan lahir yaitu
mengucap syahadat, mengerjakan shalat, zakat, puasa, haji, sifatnya konkrit (nyata).
Kalau kita perhatikan pengertian antara iman dan Islam, maka jelas keduanya tidak dapat dipisahkan dengan arti kata setiap orang
Islam wajiblah beriman dan orang yang beriman wajiblah dia Islam artinya menyerah diri, agar mendapat keselamatan fiddun ya wal akhirat.
Ditinjau dari segi pengertian bahasa, maka di antara iman dan
Islam seolah-olah ada perbedaannya, artinya iman dan Islam mempunyai operasional berlainan. Yang satu abstrak, yang satu lagi konkrit.
Tapi dalam segi praktis, iman dan Islam tidak dapat dipisahkan, karena sangat
erat hubungannya ibarat pohon dengan buahnya. Dengan kata lain, aqidah
dan syariat harus sejalan dan seirama, kalau tidak maka kehidupan ini
akan pincang. Firman Allah SWT dalam menggambarkan dua hal tersebut
antaralain:
Q.S. Al-Baqarah: 25 yang artinya:
قال
تعالى :وَبَشِّرِ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ
جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا
مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ
وَأُتُوا بِهِ مُتُشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجُُ مُطَهَّرَةُُ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Artinya:
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat
baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka
mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi
buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang
suci dan mereka kekal di dalamnya”. (QS. 2:25)
Dan Q.S. An-Nahl: 97 yang artinya:
“Barang siapa beramal shaleh, baik ia lelaki ataupun perempuan dan ia seorang yang beriman, maka pastilah Kami akan memberinya kehidupan yang baik-baik dan pasti Kami memberi
balasan dengan pahalanya, menurut yang telah dia kerjakan dengan sebaik-baiknya.”
2.2 Istilah Aqidah dalam Al-Qur’an
QS. Yusuf ayat 40:
مِنسُلْطَانٍ دُونِهِإِلاَّأَسْمَاءسَمَّيْتُمُوهَاأَنتُمْوَآبَآؤُكُممَّاأَنزَلَاللّهُبِهَا مَاتَعْبُدُونَمِن
النَّاسِلاَيَعْلَمُونَ الدِّينُالْقَيِّمُوَلَكِنَّأَكْثَرَ أَلاَّتَعْبُدُواْإِلاَّإِيَّاهُذَلِكَ إِنِالْحُكْمُإِلاَّلِلّهِأَمَرَ
Artinya:
“Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya
(menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak
menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah
keputusan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia.
Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS.
Yusuf 12:40)
2.3 Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah
- Rukun Iman
Menurut
dua aliran islam (Islam Sunni dan Islam Syiah) mengenai rukun iman ialah:
a.
Iman kepada Allah
S.W.T
Kita mengimani Rububiyah Allah SWT, artinya bahwa Allah adalah Rabb: Pencipta,
Penguasa dan Pengatur segala yang ada di alam semesta ini. Kita juga harus
mengimani uluhiyah Allah SWT artinya Allah adalah Ilaah (sembahan) Yang hak, sedang
segala sembahan selain-Nya adalah batil. Keimanan kita kepada
Allah belumlah lengkap kalau tidak mengimani Asma’ dan Sifat-Nya, artinya bahwa
Allah memiliki nama-nama yang Maha indah serta sifat-sifat yang Maha sempurna dan Maha luhur.
Dan kita mengimani keesaan Allah SWT dalam hal itu semua, artinya bahwa Allah SWT tiada sesuatupun yang menjadi sekutu bagi-Nya dalam rububiyah,
uluhiyah, maupun dalam Asma’ dan sifat-Nya.
Firman Allah SWT, yang artinya: “(Dia adalah) Tuhan
seluruh langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya. Maka sembahlah
Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Adakah kamu mengetahui
ada sesuatu yang sama dengan-Nya (yang patut disembah)?”. (QS. Maryam: 65)
Dan firman Allah, yang artinya: “Tiada sesuatupun yang
serupa dengan-Nya. Dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha melihat”. (QS. Asy-Syura:11)
Adapun hadist: “Barang
siapa yang akhir ucapannya (waktu akan mati mengatakan):
laa ilaaha illallaah, (maka) ia akan masuksurga.” (HR. Abu Daud).
b.
Iman Kepada Malaikat
Bagaimana kita mengimani para malaikat? mengimani para malaikat
Allah yakni dengan meyakini kebenaran adanya para malaikat Allah SWT. Dan para malaikat itu, sebagaimana firman-Nya, yang
artinya: ”Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang
dimuliakan, tidak pernah mereka itu mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka
mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS. Al-anbiya: 26-27)
Mereka diciptakan Allah SWT, maka mereka beribadah
kepada-Nya dan mematuhi segala perintah-Nya. Firman Allah SWT, yang artinya: ” …Dan
malaikat-malaikat yang disisi-Nya mereka tidak bersikap angkuh untuk beribadah
kepada-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan
siang tiada henti-hentinya. “ (QS. Al-Anbiya:
19-20).
c.
Iman Kepada Kitab Allah
Kita mengimani bahwa Allah SWT telah menurunkan kepada rasul-rasul-Nya
kitab-kitab sebagai hujjah buat umat manusia dan sebagai pedoman hidup bagi
orang-orang yang mengamalkannya, dengan kitab-kitab itulah para rasul
mengajarkan kepada umatnya kebenaran dan kebersihan jiwa mereka dari
kemuysrikan. Firman Allah SWT, yang artinya: ”Sungguh, kami telah mengutus rasul-rasul kami
dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka
Al-Kitab
dan neraca (keadilan) agar manusia melaksanakan keadilan… “ (QS. Al-Hadid: 25)
Dari kitab-kitab itu, yang kita kenal ialah :
·
Taurat, yang Allah turunkan kepada Nabi Musa AS, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Maidah: 44
إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَاْلأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ فَلاَ تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلاَ تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلاً وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat. Di dalamnya ada petunjuk dan cahaya. Dengan Kitab itu perkara orang-orang Yahudi oleh diputuskan para nabi yang berserah diri kepada Allah dan oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka karena mereka diperintahkan untuk memelihara kitab-kitab Allah; mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu, janganlah kalian takut kepada manusia, tetapi takutlah kepada-Ku. Janganlah kalian menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Siapa saja yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang Allah turunkan, mereka itu adalah orang-orang yang kafir”. (QS al-Maidah 5: 44)
·
Zabur, ialah
kitab yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Daud AS.
Inilah beberapa petikan isi Kitab Zabur:
Syair
ke-115
Kemuliaan hanya bagi Allah
Kemuliaan hanya bagi Allah
Bukan
kami, ya Allah, bukan kami,
melainkan nama-Mulah yang patut dimuliakan,
karena kasih abadi-Mu dan kesetiaan-Mu.
…
melainkan nama-Mulah yang patut dimuliakan,
karena kasih abadi-Mu dan kesetiaan-Mu.
…
…
Ketahuilah bahwa Allah adalah Tuhan.
Dialah yang menjadikan kita, dan kita adalah milik-Nya.
Kita adalah umat-Nya, kawanan domba yang digembalakan-Nya.
Ketahuilah bahwa Allah adalah Tuhan.
Dialah yang menjadikan kita, dan kita adalah milik-Nya.
Kita adalah umat-Nya, kawanan domba yang digembalakan-Nya.
Masuklah melalui
pintu gerbang-Nya dengan ucapan
syukur,
masuk ke pelataran-Nya dengan puji-pujian.
Mengucap syukur kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!
…
masuk ke pelataran-Nya dengan puji-pujian.
Mengucap syukur kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!
…
Syair
ke-84
Rindu pada Bait (Rumah) Allah
Rindu pada Bait (Rumah) Allah
…
Ya Allah, Tuhan semesta alam, dengarkanlah kiranya doaku.
Indahkanlah, ya Tuhan yang disembah bani Yakub!
Pandanglah perisai kami, ya Allah,
perhatikanlah wajah orang yang Kau lantik.
Ya Allah, Tuhan semesta alam, dengarkanlah kiranya doaku.
Indahkanlah, ya Tuhan yang disembah bani Yakub!
Pandanglah perisai kami, ya Allah,
perhatikanlah wajah orang yang Kau lantik.
Karena
satu hari di pelataran-Mu lebih baik
dari pada seribu hari di tempat lain.
Aku lebih suka menjadi penunggu pintu Bait Tuhanku
daripada tinggal di rumah-rumah kefasikan.
dari pada seribu hari di tempat lain.
Aku lebih suka menjadi penunggu pintu Bait Tuhanku
daripada tinggal di rumah-rumah kefasikan.
Karena
Allah, Tuhanku, adalah matahari dan perisai.
Allah mengaruniakan anugerah dan kemuliaan.
…
Allah mengaruniakan anugerah dan kemuliaan.
…
Syair ke-128
Berkah atas rumah tangga
Berkah atas rumah tangga
Berbahagialah
setiap orang yang bertakwa kepada Allah,
dan yang hidup menurut jalan-jalan-Nya.
dan yang hidup menurut jalan-jalan-Nya.
Engkau akan memakan
hasil jerih lelah tanganmu,
engkau akan berbahagia, dan keadaanmu akan baik.
engkau akan berbahagia, dan keadaanmu akan baik.
Istrimu akan
menjadi seperti pohon anggur yang
berbuah lebat
di dalam rumahmu,
dan anak-anakmu seperti ranting zaitun
di sekeliling mejamu.
berbuah lebat
di dalam rumahmu,
dan anak-anakmu seperti ranting zaitun
di sekeliling mejamu.
Sesungguhnya
demikianlan berkah akan dilimpahkan
atas orang-orang yang bertakwa kepada Allah.
…
atas orang-orang yang bertakwa kepada Allah.
…
·
Injil, diturunkan
Allah kepada Nabi Isa AS, sebagai pembenar dan pelengkap Taurat. Firman Allah :
وَقَفَّيْنَا عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِم بِعِيسَى ٱبْنِ مَرْيَمَ
مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلتَّوْرَىٰةِ ۖ وَءَاتَيْنَٰهُ
ٱلْإِنجِيلَ فِيهِ هُدًى وَنُورٌ وَمُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ
ٱلتَّوْرَىٰةِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِي
Artinya:
”…Dan
Kami telah memberikan kepadanya (Isa) injil yang berisi petunjuk dan nur, dan
sebagai pembenar kitab yang sebelumnya yaitu Taurat, serta sebagai petunjuk dan
pengajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS :
Al-Maidah : 46)
Dan Q.S Al-Maidah:110
إِذْ
قَالَ ٱللَّهُ يَٰعِيسَى ٱبْنَ مَرْيَمَ ٱذْكُرْ نِعْمَتِى عَلَيْكَ وَعَلَىٰ
وَٰلِدَتِكَ إِذْ أَيَّدتُّكَ بِرُوحِ ٱلْقُدُسِ تُكَلِّمُ ٱلنَّاسَ فِى ٱلْمَهْدِ
وَكَهْلًا ۖ وَإِذْ عَلَّمْتُكَ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَٱلتَّوْرَىٰةَ
وَٱلْإِنجِيلَ ۖ وَإِذْ تَخْلُقُ مِنَ ٱلطِّينِ كَهَيْـَٔةِ ٱلطَّيْرِ بِإِذْنِى
فَتَنفُخُ فِيهَا فَتَكُونُ طَيْرًۢا بِإِذْنِى ۖ وَتُبْرِئُ ٱلْأَكْمَهَ
وَٱلْأَبْرَصَ بِإِذْنِى ۖ وَإِذْ تُخْرِجُ ٱلْمَوْتَىٰ بِإِذْنِى ۖ وَإِذْ
كَفَفْتُ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ عَنكَ إِذْ جِئْتَهُم بِٱلْبَيِّنَٰتِ فَقَالَ
ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْهُمْ إِنْ هَٰذَآ إِلَّا سِحْرٌ مُّبِي
(Ingatlah), ketika
Allah mengatakan: “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada
ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan
manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu
Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula)
diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan
ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang
sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang
yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan
seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur
(menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani
Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada
mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka
berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata” (Al Maidah : 110)
قَالَ
إِنِّى عَبْدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِىَ ٱلْكِتَٰبَ وَجَعَلَنِى نَبِيًّا
Berkata Isa:
“Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia
menjadikan aku seorang Nabi (Maryam : 30)
Dari ayat-ayat di atas
dapat kita simpulkan Injil adalah kitab Firman Allah kepada Isa putera
Maryam, yang di dalamnya terdapat petunjuk untuk Bani Israel. Hal ini ternyata
terdapat juga di dalam ayat-ayat Perjanjian Baru (Kristen menyebutnya Injil)
seperti di bawah ini;
padahal kamu tidak
mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika
Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti
kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. (Yohanes 8: 55)
Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepadaku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepadaku dan mereka telah menuruti firman-Mu. (Yohanes 17: 6)
Sebab segala firman
yang Engkau sampaikan kepadaku telah ku sampaikan
kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah
yang telah mengutus Aku. (Yohanes 17: )
Menurut ayat-ayat
Perjanjian Baru pun ternyata Yesus menerima Firman Allah, Firman Allah inilah
yang menurut islam bernama Injil.
·
Shuhuf, (lembaran-lembaran)
yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa AS.
·
Al-Quran, kitab yang Allah SWT turunkan kepada Nabi Muhammad SWA penutup Para Nabi. Firman Allah SWT yang
artinya: ”Bulan Ramadhan yang diturunkan padanya (permulaan) Al-Quran sebagai
petunjuk bagi umat manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda antara yang haq dan yang batil…” (QS. Al Baqarah: 185).
Adapun
wahyu pertama yang diturunkan Allah dengan perantara malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad yaitu Al-Qur’an
Surat Al-‘Alaq artinya “Segumpal Darah”
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan.
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaran kalam.
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
6. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar
melampaui batas,
7. Karena dia melihat dirinya serba cukup.
8. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulahh kembali(mu).
9. Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,
10. Seorang hamba ketika mengerjakan shalat.
11. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu
berada di atas kebenaran.
12. Atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?
13. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu
mendustakan dan berpaling?
14. Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah
melihat segala perbuatannya?
15. Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti
(berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya,
16. (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi
durhaka.
17. Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya).
18. Kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah.
19. Sekali-kali janganlah kamu patuh kepadanya dan
sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).
d.
Iman Kepada Rasul-Rasul
Kita mengimani bahwa Allah SWT telah mengutus rasul-rasul kepada umat manusia,
firman Allah SWT yang artinya: ”(Kami
telah mengutus mereka) sebagai rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan, supaya tiada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah
(diutusnya) rasul-rasul itu. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. AN-Nisa: 165).
Kita mengimani bahwa rasul pertama adalah Nabi Nuh dan rasul
terakhir adalah Nabi Muhammad SAW,
semoga shalawat dan salam sejahtera untuk mereka semua. Firman Allah SWT yang artinya: ”Sesungguhnya
Kami telah mewahyukan kepadamu sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan
nabi-nabi yang (datang) sesudahnya…” (QS. An-Nisa:
163).
e.
Iman Kepada Hari Kiamat
Kita mengimani kebenaran hari akhirat, yaitu hari kiamat, yang tiada
kehidupan lain sesudah hari tersebut. Untuk itu kita mengimani kebangkitan,
yaitu dihidupkan kembali semua mahkluk yang sudah mati oleh Allah SWT. Firman Allah SWT yang artinya:”Dan
ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang ada dilangit dan siapa yang ada
di bumi kecuali yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali
lagi, maka tiba-tiba mereka bangkit menunggu (putusannya
masing-masing).” (QS. Az-Zumar: 68)
Kita mengimani adanya catatan-catatan amal yang diberikan kepada
setiap manusia. Ada yang mengambilnya dengan tangan kanan dan ada yang mengambilnya
dari belakang punggungnya dengan tangan kiri. Firman Allah SWT yang
artinya: ”Adapun orang yang diberikan kitabnya dengan tangan kanannya, maka
dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah dan dia akan kembali kepada
kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan
kitabnya dari belakang punggungnya, maka dia akan berteriak celakalah aku dan
dia akan masuk neraka yang menyala.” (QS. Al-Insyiqaq: 13-14).
f.
Iman Kepada Qada dan Qadar (Baik dan Buruk)
Kita juga mengimani qadar (takdir) , yang baik dan yang buruk; yaitu
ketentuan yang telah ditetapkan Allah untuk seluruh mahkluk-Nya sesuai dengan
ilmu-Nya dan menurut hikmah kebijakan-Nya.
Iman kepada qadar ada empat tingkatan:
·
‘Ilmu
ialah mengimani bahwa Allah Maha tahu atas segala sesuatu, mengetahui apa
yang terjadi, dengan ilmu-Nya yang Azali dan abadi. Allah Maha mengetahui apa yang hamba-Nya tidak ketahui dan Allah sama sekali tidak lupa dengan apa yang dikehendaki-Nya.
·
Kitabah
ialah mengimani bahwa Allah telah mencatat di Lauh Mahfuzh apa yang
terjadi sampai hari kiamat. Firman Allah SWT yang artinya: ”Apakah kamu tidak
mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi.
sesungguhnya itu (semua) tertulis dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya
Allah yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS.
Al-Hajj: 70)
·
Masyi’ah
ialah mengimani bahwa Allah SWT telah menghendaki segala apa yang ada di langit dan di bumi, tiada
sesuatupun yang terjadi tanpa dengan kehendak-Nya. Apa yang dikehendaki Allah
itulah yang terjadi dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak akan terjadi.
·
Khal
Ialah mengimani Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu. Firman
Allah, yang artinya: ” Alah menciptakan segala sesuatu dan
Dia memelihara segala sesuatu. Hanya kepunyaan-Nyalah kunci-kunci
(perbendaharaan) langit dan bumi.” (QS. Az-Zumar: 62-63).
Keempat tingkatan ini meliputi apa yang terjadi dari Allah SWT sendiri dan apa yang
terjadi dari mahkluk. Maka segala apa yang dilakukan oleh mahkluk berupa
ucapan, perbuatan atau tindakan meninggalkan, adalah diketahui, dicatat dan
dikehendaki serta diciptakan oleh Allah SWT.
2.
Rukun Iman menurut aliran Islam Syiah terdiri dari:
a.
At-tauhid
Pembagian akidah tauhid
Walaupun masalah qadha' dan qadar menjadi ajang
perselisihan di kalangan umat Islam, tetapi Allah telah membukakan hati para
hamba-Nya
yang beriman, yaitu para Salaf Shalih yang mereka itu senantiasa menempuh jalan
kebenaran dalam pemahaman dan pendapat. Menurut mereka qadha' dan qadar adalah
termasuk rububiyah Allah atas makhlukNya. Maka masalah ini termasuk ke dalam
salah satu di antara tiga macam tauhid menurut pembagian ulama:
·
Tauhid Al-Uluhiyyah
mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan karenaNya semata.
·
Tauhid Ar-Rububiyyah,
mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya
Allah yang mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini.
·
Tauhid Al-Asma'was-Sifat,
mengesakan Allah dalam asma dan sifat-Nya, artinya mengimani bahwa tidak ada
makhluk yang serupa dengan Allah, dalam dzat, asma maupun sifat.
Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid
ar-rububiyah. Oleh karena itu Imam Ahmad berkata: "Qadar adalah
kekuasaan Allah". Karena, tak syak lagi, qadar (takdir) termasuk
qudrat dan kekuasaanNya yang menyeluruh. Di samping itu, qadar adalah rahasia
Allah yang tersembunyi, tak ada seorangpun yang
dapat mengetahui kecuali Dia, tertulis pada Lauh Mahfuzh
dan tak ada seorangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu takdir baik atau
buruk yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk
lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash yang benar.
Tauhid itu ada tiga macam, seperti
yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena
istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah
itu adalah kekuasaan Allah, maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid
Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum
Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena
hukum itu milik Allah dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada
Allah semata. Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf ayat 40.
“Kamu tidak menyembah yang
selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu
membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama
itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu
tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.” (QS. Yusuf: 40)
2.4 Keistimewaan Aqidah Islam dan Manfaat dalam Mempelajarinya
Aqidah Islam merupakan aqidah yang begitu istimewa, hal ini bisa kita lihat
dari tanda-tandanya sebagai berikut:
1.
Sumbernya murni, karena bersumber kepada kitab Allah, sunnah Rasul dan ijma’ orang-orang salaf serta ucapannya.
2.
Berdiri di atas dasar menyerahkan semuanya kepada Allah, karena masalah
aqidah adalah ghaib dan urusan ghaib hendaknya didasarkan kepada Allah.
3.
Sesuai dengan fitrah yang lurus dan akal yang sehat karena aqidah ini
mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
4.
Bersambung sanadnya kepada Rasulullah, para sahabat, tabi’in dan imam-imam
pembawa petunjuk baik perkataan, perbuatan, ilmu dan keyakinan.
5.
Terang dan jelas, karena sumbernya dari Allah, Rasul-Nya dan salaful ummah.
Bersih dari kegoncangan, perselisihan, pertentangan dan samar- samar serta
bersih dari Filsafat.
Karena aqidah Islamiyah bersumber dari Allah yang mutlak, maka kesempurnaannya
tidak diragukan lagi. Berbeda dengan Filsafat yang merupakan karya manusia,
tentu banyak kelemahannya. Manfaat yang kita peroleh dari mempelajari aqidah
Islamiyah antara lain:
1.
Membebaskan kita dari ubudiyah/penghambaan kepada selain Allah, baik
bentuknya menghamba kepada kekuasaan, harta, pimpinan maupun yang lainnya.
2. Membentuk
pribadi yang seimbang, yaitu selalu taat kepada Allah, baik dalam keadaan suka
maupun duka.
3. Kita akan
merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas, takut kepada kurang
rezeki, terhadap jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia, termasuk takut
kepada kematian. Sehingga dia penuh tawakal kepada Allah.
4. Aqidah
memberikan kekuatan kepada jiwa, sekokoh gunung. Aqidah hanya berharap kepada
Allah dari ridha terhadap segala ketentuan Allah.
5. Aqidah
Islamiyah berdasarkan kepada asasukhuwah (persaudaraan) dan persamaan, tidak
membedakan antara miskin dan kaya, antara pejabat dan rakyat jelata, antara
kulit putih dan hitam, dan antara orang Arab dan bukan Arab, kecuali kadar
ketakwaan kita di sisi Allah SWT.
2.5 Kesimpulan
Dari pembahasan tentang aqidah Islam dan komponen-komponennya, penyusun
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
Iman merupakan suatu kepercayaan yang menjadi dasar dalam aqidah Islamiyah,
dan dalam pelaksanaan kepercayaan tersebut, maka sudah pasti kita harus
beragama Islam, dalam artian bahwa iman dan Islam merupakan dua hal yang tidak
bisa dipisah-pisahkan. Setiap orang Islam haruslah memiliki kepercayaan
terlebih dahulu agar dia mau dengan ikhlas dalam menjalankan setiap
perintah-perintah-Nya, dan setiap orang yang beriman maka dia haruslah menjadi
orang Islam agar pengabdiannya kepada Allah lengkap. Sekedar percaya saja,
tanpa menjalankan syariat-syariat agama Islam sama saja bohong.
Sejak jaman Rasulullah hingga saat ini, aqidah Islamiyah sudah berkembang
dengan begitu luas. Beberapa orang masih tetap kuat dalam menjalankan aqidah
tersebut, dengan terus melakukan perbuatan- perbuatan yang memang terdapat
dalam Al Quran dan Al Hadits. Sedangkan beberapa orang yang lain, karena suatu
hal, mereka mulai terkikis aqidahnya, sehingga beberapa dari mereka memutuskan
untuk mengikuti aqidah yang mereka yakini benar, tapi tidak selalu berjalan sesuai
dengan Al Quran dan Al Hadits.
Jika manusia mulai menyimpang dalam menjalankan aqidah mereka, jika mereka
salah dalam mempercayai sesuatu, maka hal tersebut akan berakibat kesengsaraan
pada kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini disebabkan karena
mereka akan selalu dipenuhi dengan keragu-raguan, mereka akan berjalan tanpa
arah yang jelas, mereka tidak lagi memiliki pedoman yang benar dan kuat dalam
menjalankan kehidupan mereka, yang tentunya hal tersebut sangat berbahaya.
Dalam menyikapi adanya penyimpangan terhadap aqidah tersebut, maka kembali
kepada Al Quran dan Al Hadits merupakan satu-satunya cara agar kehidupan kita
kembali ke jalan yang lurus, ke jalan yang benar, jalan yang diridhai oleh
Allah. Kita juga harus mengetahui mana aqidah yang benar dan mana yang sesat
agar kita tidak terperosok masuk ke dalam aqidah yang tidak sesuai dengan Allah
dan Rasul-Nya.
Aqidah Islam merupakan aqidah yang istimewa, karena sumbernya berasal dari
Allah. Oleh karena itu, aqidah Islam adalah aqidah yang kesempurnaannya tidak
perlu diragukan lagi, karena Islam adalah aqidah, dan bukan Filsafat yang
diciptakan oleh manusia sehingga memiliki banyak kelemahan.
Dengan mempelajari aqidah Islamiyah, kita akan terhindar dari perbuatan
penghambaan kepada selain Allah, selain kita juga akan merasa tenang karena
kita yakin bahwa Allah akan selalu bersama kita. Aqidah Islamiyah juga bukan
ajaran yang mengkotak-kotakkan manusia ke dalam tingkatan-tingkatan tertentu,
karena dalam aqidah Islam, orang yang paling tinggi derajatnya di hadapan Allah
bukanlah orang yang paling kaya, paling tampan, paling pandai, paling putih kulitnya,
tapi orang yang paling tinggi derajatnya di hadapan Allah adalah mereka yang
memiliki tingkat ketakwaan tertinggi di antara sesamanya.
Salah satu imam besar Islam, yaitu Imam Syafi’i, memberikan wasiat tentang
aqidah Islamiyah, di mana hal yang paling pokok dan utama adalah dengan
menekankan tauhid, yaitu kita yakin bahwa tidak ada Tuhan kecuali hanyalah
Allah Yang Esa.
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat penyusun
paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, Penyusun
menyimpulkan masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini. Penyusun banyak berharap para pembaca yang budiman dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan - kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penyusun pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Tangerang
Selatan, Oktober
2011
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
·
Kitab
Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas.
· Kitab
Buhuuts fii 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 11-12) oleh Dr. Nashir bin
'Abdul Karim al-'Aql, 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 13-14) karya
Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd dan Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah
fil 'Aqiidah oleh Dr. Nashir bin 'Abdul Karim al-'Aql.
·
Kitab
Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas.
· (Sumber Rujukan: Aqidah Ahlussunnah wal
Jama’ah, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin)
ijin sedot gan
Makalah ststistika
macam macam aqidah nya macam gak ada gan,tolong dikoreksi dulu postingannya sebelum di posting gan #tq